Ketika aku memutuskan untuk menitipkan anganku di kotamu, kuharap langitnya cukup baik untuk tidak menurunkan hujan badai diatasnya. Namun, jika hujan badai tak bisa dibendung, kuharap pohon beringin besar di tengah kota cukup kuat untukku berpegangan agar tak ikut terbang terbawa angin. Kuharap buminya juga cukup kaya untuk mencukupi asupan makan, agar anganku tak mati kelaparan. Bila ternyata tak cukup kaya, tak apalah. Kotamu masih punya sumber mata air, kan? Paling tidak anganku tak akan mati karena dahaga. Ah, satu lagi. Tak mungkin kotamu tak memiliki peternakan ulat sutera. Yang kemudian akan dipintal menjadi benang dan ditenun menjadi sapu tangan sutra dengan rajutan kupu-kupu cantik diatasnya. Sapu tangan itu satu-satunya benda yang akan ku gunakan untuk menghapus peluhku.
Kotamu benar seperti itu, kan?
Jika tidak, lalu dimana lagi ku dapat menitipkan anganku?
No comments:
Post a Comment